Kamis, 17 Desember 2015

Sembalun Lombok Timur


Kearah utara menuju kaki gunung sembalun terlebih dahulu kami memeriksa peralatan sebelum naik, seperti memeriksa minyak motor karena di atas sana tidak ada orang yang berjualan minyak bensin, pada saat kami memanjat, kami sedikit mengalami kesulitan terpaksa kami istirahat sejenak dan berpoto-poto, di tempat kami istirahat sudah ada terasa suhu dingin, karena di tempat istirahat pertama kami ini adalah sudah berada di ketinggian Paha Gunung Sembalun.
Ditengah perjalanan menuju puncak, mengenai peristirahatan kami yang kedua suhu dingin sudah semakin terasa karena tempat peristirahatan kami kedua ini sudah berada di ketinggian Punggung Gunung sembalun, di saat kami menuju puncak nah disinilah tempat yang tersulit di jangkau karena jurang-jurangnya yang tinggi, memang untuk melihat hal yang indah mesti harus menyakitkan terlebih dahulu seperti kata pepatah “Berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian–Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”, tapi kalo saya menyebutnya “Tempat Surga jalan Neraka”.

Setelah kami sampai di puncak sambil menunggu teman kami yang masih mogok di jalur neraka kami sempat untuk mengambil gambar, saat berada di puncak terbayarlah sudah kelelahan kami itu, dengan pemandangan Alam yang begitu indah dan Suhu yang begitu dingin mungkin inilah rasanya di Negeri Eropa, kami sangat terkesan dengan semua ini. Setelah kami puas makan dan bermain-main dipuncak kini saatnya untuk turun ke desa Sembalun Lawang, di Gubuk Desa Sembalun di kelilingi Gunung-gunung yang hijau, Masyarakat Sembalun banyak menanam tanaman Rempah-Rempah, Sayur-Sayuran, Stroberry Dll. Sembalun adalah tempat pertanian terbesar di Pulau Lombok, karena di area sembalun adalah hasil dari sebaran vulkanik letusan Gunung Rinjani ribuan tahun lalu yang subur, cuaca yang mendukung dan katinggian yang tepat merupakan primadona tempat menghasilkan tanaman yang amat sangat subur.
Kami memilih jalan pulang kearah utara, sesampai di sembalun Bumbung kami di guyur hujan, terpaksa kami berhenti sejenak dan bendirikan tenda darurat di pinggir jalan, tak sadar kami hari sudah sore saat kami berteduh didalam tenda disana sudah jam-4 dan alhamdulilah hujan hanya tinggal gerimisnya saja, dan kami melanjutkan perjalanan, sesampai di Bayan kami sudah memasuki waktu jam-6, jadi kami tidak ada sempat untuk berkunjung kemasjid Tua yang ada dibayan. Kami menghabiskan waktu merayakan tahun baru di Senggigi.





0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More